Semarang, Oktober 2025 • Pertemuan keempat pelatihan Coding KA SLCC PGRI Jawa Tengah menghadirkan Tri Haryatmo, S.Pd., M.Pd. dari BBGTK Jawa Tengah bersama host Dr. Saptono Nugrohadi, M.Pd., M.Si. Sesi ini masuk pada bagian paling ditunggu: praktik coding dengan pendekatan plug (digital) dan unplug (tanpa perangkat).
Demo Aplikasi
Sesi memasuki babak baru saat Tri membagikan tautan code.org dan Blockly ke kolom chat. Layar Zoom berubah menjadi laboratorium mini: pointer bergerak, blok kode disusun, dan karakter virtual berjalan mengikuti instruksi guru. Suasana semakin ramai saat peserta mencoba membuat avatar menyelesaikan labirin.
“Algoritma tidak harus rumit. Yang penting langkahnya jelas dan tujuannya tercapai.”
Tri menunjukkan bagaimana fitur repeat until membuat siswa memahami konsep perulangan. Tanpa perlu mengetik satu pun sintaks, guru bisa membimbing anak menyusun logika: maju dua langkah, belok, ulangi sampai tujuan. Di bagian ini, tawa peserta pecah ketika avatar bergerak ke arah yang tak terduga.
Tanpa Perangkat
Tri kemudian beralih ke unplug activity. Guru diminta mempraktikkan instruksi seperti “bergerak maju”, “belok kanan”, atau “diam”. Perintah harus dilakukan secara tepat—jika salah satu langkah diabaikan, tujuan tidak tercapai. Itu contoh algoritma yang tidak menyentuh komputer sama sekali.
“Aku berhasil.” — seruan polos yang mengubah pelajaran menjadi pengakuan diri.
Aktivitas unplug menjadi favorit peserta dari sekolah yang fasilitas perangkatnya terbatas. Coding menjadi inklusif: semua siswa, dari berbagai kondisi sekolah, bisa berlatih pola pikir komputasional tanpa harus duduk di depan laptop.
Gim dan Statistik
Sesi dilanjutkan dengan gim kompetitif: dua tim bersaing mengumpulkan poin dengan menjawab soal pilihan ganda dan isian singkat. Di layar, grafik poin bergerak cepat; nama peserta bergantian muncul sebagai top scorer. Data hasil gim langsung terekspor menjadi statistik akurasi—guru bisa melihat soal mana yang paling banyak salah dan peserta mana yang paling konsisten.
Dr. Saptono menegaskan bahwa evaluasi seperti ini menjadikan pembelajaran coding bukan sekadar “mengikuti pelatihan”, tetapi menghasilkan data nyata untuk perbaikan pengajaran di kelas.
Sesi ditutup dengan tindak lanjut: guru diminta mencoba satu aktivitas unplug dan satu modul digital sebelum pertemuan berikutnya. Dengan rutinitas itu, coding menjadi keterampilan hidup—bukan tren sesaat.

0 Komentar