Semarang, 6 Juli 2025 — Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Jawa Tengah, Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., kembali mengingatkan pentingnya menjaga semangat kebersamaan dan penghargaan terhadap sejarah panjang perjuangan organisasi. Hal ini disampaikannya dalam pertemuan Paguyuban Keluarga Besar PGRI yang dihadiri para pengurus senior dan pengurus aktif di berbagai tingkatan kabupaten/kota.
Dalam sambutannya, Dr. Muhdi menegaskan bahwa capaian PGRI Jawa Tengah hari ini bukanlah hasil kerja satu-dua generasi pengurus, tetapi buah dari kerja keras, kerja cerdas, dan konsistensi para pendahulu.
“Ini yang selalu saya sampaikan kepada teman-teman. Kita tidak boleh menjadi pengurus lalu menepuk dada seolah-olah semua keberhasilan ini hasil kerja kita sendiri. Kalau itu yang terjadi, akan muncul kecenderungan meniadakan kerja-kerja sebelumnya,” ujarnya.
Ia mencontohkan salah satu fase perjuangan penting yaitu pengawalan kebijakan pengangkatan guru honorer yang puncaknya diakui pemerintah pada 2011.
“Waktu itu pemerintah menyebut ada surplus guru, padahal faktanya setelah dihitung ulang dalam proses panjang, justru kekurangan hampir satu juta guru. Ini sejarah yang tidak boleh dilupakan,” tegasnya.
Menurut Dr. Muhdi, keberhasilan mendorong pengakuan kekurangan guru hingga membuka rekrutmen besar-besaran satu juta guru merupakan contoh bagaimana PGRI Jawa Tengah memainkan peran strategis. Beliau juga menyinggung perjuangan pengurus terdahulu, seperti Pak Widadi, yang dengan energi besar menjembatani komunikasi dengan pemerintah daerah, gubernur, dan kementerian.
“Proses itu bukan kebetulan. Ada keberanian mengambil langkah berbeda dengan pengurus pusat, ada momentum yang dimanfaatkan dengan cerdas,” katanya.
Dalam konteks mutasi kepala sekolah dan birokrasi pengangkatan ASN, Dr. Muhdi turut menyoroti rumitnya koordinasi lintas pemerintah daerah dan kementerian. Banyak persoalan, katanya, yang berlarut-larut karena saling lempar kewenangan antara pusat dan daerah.
“Sampai mutasi saja, daerah bilang urusan pusat, pusat bilang urusan daerah. Kepala sekolah banyak yang PLT lama karena hanya urusan administrasi tidak diselesaikan,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Selain itu, ia juga menyinggung dinamika revisi Undang-Undang ASN yang kini memasuki tahap penting pembahasan. PGRI Jawa Tengah, kata dia, akan terus mengawal agar perubahan regulasi tidak mengancam kesejahteraan guru maupun profesi kependidikan secara keseluruhan.
“Yang paling kami khawatirkan kalau guru kehilangan status profesi, kehilangan tujuan profesi. Itu kerugian besar bagi masa depan pendidikan kita,” tegasnya.
Dr. Muhdi menegaskan, dalam proses negosiasi kebijakan ASN, organisasi harus mampu berdiri teguh dan menjadi kekuatan yang berpengaruh, bukan hanya penonton.
“Kalau ingin menjadi institusi yang diperhitungkan, kita harus punya karisma. Karisma itu tidak turun dari langit, tapi diperjuangkan bersama,” pesannya.
Ia pun menegaskan komitmen PGRI Jawa Tengah untuk memastikan seluruh guru honorer yang masuk dalam basis data diangkat secara bertahap, meskipun harus melalui proses panjang negosiasi politik dan administratif.
“Minimal, hak-hak dasar mereka diakui. Tidak diberhentikan. Itu perjuangan yang harus kita kawal,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ketua PGRI Jawa Tengah juga mengungkapkan program strategis organisasi, yaitu Penguatan Kapasitas Pengurus (PKP) yang akan dilaksanakan secara maraton di seluruh kabupaten/kota. Program ini bertujuan agar pengurus baru tidak sekadar mengenakan seragam, tetapi memahami sejarah perjuangan PGRI Jawa Tengah dan menjalankan sidang organisasi secara benar.
“Jangan sampai ada pengurus yang tidak tahu perjalanan PGRI sampai di titik ini. Kita akan turun ke daerah satu per satu. Ini tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Dr. Muhdi menutup sambutan dengan ajakan untuk tetap rendah hati, menjaga etika organisasi, dan mengutamakan kepentingan bersama di atas ego sektoral. Ia juga mengingatkan agar pengurus tidak terjebak dalam pola pikir sempit yang hanya menghitung sisi ekonomi semata.
“Pendidikan bukan sekadar dunia uang. Pendidikan adalah dunia keluhuran budi, dunia pembentukan karakter,” pungkasnya.
Acara silaturahmi ini berlangsung hangat, diselingi dialog santai mengenai berbagai isu pendidikan, termasuk rencana pembukaan cabang layanan PGRI baru di beberapa kabupaten, serta penguatan kerja sama dengan perguruan tinggi seperti UPGRIS.
Dengan semangat kebersamaan dan refleksi perjuangan masa lalu, PGRI Jawa Tengah berkomitmen meneruskan langkah-langkah strategis, mulai dari pengangkatan guru honorer hingga memastikan kesejahteraan guru tetap menjadi prioritas utama.
0 Komentar