Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

8 Dimensi Profil Lulusan Tekankan Transformasi Pembelajaran Mendalam

Semarang, 30 Juni 2025 — Sedikitnya 100 guru dan kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan mengikuti Pelatihan 8 Dimensi Profil Lulusan yang digelar daring pada Senin malam (30/6). Kegiatan ini dipandu langsung oleh narasumber Yusep Kurniawan, S.Pd., M.Pd., praktisi pembelajaran mendalam, dengan moderator sekaligus Ketua Penyelenggara, Dr. Saptono Nugrohadi, M.Pd., M.Si.

Pelatihan yang berlangsung interaktif ini membahas secara rinci delapan dimensi profil lulusan, yaitu keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi. Para peserta secara aktif berbagi strategi konkret dalam pembelajaran di kelas maupun pengelolaan sekolah untuk menumbuhkan kompetensi tersebut.

Dalam sambutan pembukanya, Dr. Saptono Nugrohadi menekankan pentingnya keberanian sekolah untuk bertransformasi.

“Kita tidak hanya bicara tentang keterampilan abad 21. Sesungguhnya delapan dimensi profil lulusan adalah jawaban strategis terhadap keresahan kita bersama: apakah anak-anak kita tumbuh sebagai insan yang bernalar, berkarakter, sehat lahir batin, dan mampu hidup selaras di tengah percepatan digital? Itulah transformasi sejati,” ujarnya penuh semangat.

Yusep Kurniawan memaparkan secara mendalam bahwa delapan dimensi profil lulusan merupakan pengoperasian konkret tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003. 

“Dimensi-dimensi ini bukan hanya dokumen indah. Kita sebagai guru dan kepala sekolah wajib memastikan mereka hidup di kelas, dalam interaksi sehari-hari, dan menjadi budaya sekolah,” tegasnya.

Pelatihan berlangsung dinamis dengan sesi brainstorming panjang. Para peserta mempraktikkan penyusunan mind map strategi pembelajaran mendalam. Misalnya, pada dimensi keimanan, beberapa kepala sekolah berbagi pengalaman rutin melaksanakan salat berjamaah, tadarus, hingga kegiatan berbagi takjil di bulan Ramadan. Pada dimensi penalaran kritis, guru-guru mendiskusikan penggunaan metode Problem-Based Learning dan studi kasus kontekstual agar siswa terbiasa mengevaluasi informasi dari berbagai sumber.

Salah satu peserta, Bu Riptina, Kepala Sekolah, berbagi praktik baik di sekolahnya. “Kami menanamkan kecintaan tanah air melalui pembiasaan upacara bendera, menyanyikan lagu wajib dan daerah, serta lomba-lomba kreatif setiap Hari Besar Nasional. Anak-anak pun jadi lebih bangga pada identitas bangsanya,” ungkapnya.

Kegiatan ini diakhiri dengan refleksi bersama. Para peserta menyampaikan tantangan dalam penerapan delapan dimensi, mulai dari keterbatasan sarana ibadah hingga rendahnya kesadaran kolektif. Namun, mayoritas optimis bahwa kolaborasi sekolah, guru, orang tua, dan komunitas adalah kunci sukses.

Dalam penutup, Dr. Saptono Nugrohadi kembali menegaskan urgensi pembaruan paradigma.

“Hari ini, kita telah membuktikan bahwa pembelajaran mendalam bukan teori belaka. Ini tentang keberanian melakukan perubahan kecil yang konsisten, yang kelak akan menumbuhkan generasi pembelajar sepanjang hayat,” pungkasnya.

Sebagai tindak lanjut, peserta diberikan tugas membuat mind map strategi implementasi delapan dimensi dalam peran masing-masing, dengan tenggat 5 Juli 2025. Penyelenggara berharap, semangat pembelajaran mendalam terus bergaung di sekolah-sekolah, demi mencetak lulusan yang bukan hanya cakap pengetahuan, tetapi juga utuh sebagai manusia.

Posting Komentar

0 Komentar