Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dunia Serba Buatan: Perspektif Prof Rhenald Kasali (Paparan UPGRIS)

SEMARANG - Dalam sebuah paparan yang menarik, Profesor Rhenald Kasali dari Universitas Indonesia memberikan pandangannya mengenai fenomena "dunia serba buatan" yang semakin hadir dalam kehidupan kita. Berawal dari pertumbuhan jumlah populasi manusia yang semakin meningkat, manusia berusaha memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks dengan menciptakan berbagai produk buatan.

Dalam acara Peringatan Dies Natalis ke-42 Universitas PGRI Semarang, yang diselenggarakan di Balairung UPGRIS pada Senin, 24 Juli 2023, Prof Rhenald Kasali menyampaikan bahwa dunia buatan ini mencakup beragam inovasi yang telah diciptakan manusia. Mulai dari pewarna buatan untuk membuat hidup lebih menarik dan penuh warna, hingga pemanis buatan karena sumber daya alam yang semakin terbatas.

"Kita sekarang hidup dalam 'dunia serba buatan'. Di mulai dari pewarna buatan, untuk membuat hidup lebih menarik dan penuh warna. Lalu dibuatlah pemanis buatan, karena tebu tidak lagi cukup menghasilkan gula. Kemudian disusul vanila buatan karena vanila dibawa ke negara lain tidak bisa berbuah dan di negara lain tidak ada kumbang yang membantu penyerbukan," tutur Prof Rhenald Kasali.

Semua inovasi ini dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks dengan sumber daya alam yang semakin terbatas. Contohnya, dalam bidang transportasi, kuda dan onta digantikan dengan kendaraan berwujud motor dan mobil. Lahir pula inovasi seperti wajah buatan, organ buatan, dan operasi plastik yang semakin umum terjadi di mana-mana.

Dalam paparannya, Prof Rhenald Kasali juga menyinggung tentang perubahan dalam dunia pertanian. Pada masa lalu, hampir semua buah-buahan memiliki biji. Namun, dengan adanya modifikasi genetika, beberapa tanaman seperti alpukat sudah dapat tumbuh tanpa biji, memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat.

"Pada masa kecil, nyaris semua buah-buahan ada bijinya. Kemarin, karena sering bertanya soal alpukat, saya 'ditawari' google alpukat tanpa biji. Bayangkan, bagaimana kita mau menanamnya kalau semua tanaman diubah tanpa biji. Inilah Dunia Buatan. Tanaman dimodifikasi DNA-nya, supaya memenuhi kebutuhan manusia. Karena manusia makin banyak, kebutuhan (makanan)-nya pun semakin banyak," tutur Prof Rhenald Kasali.

Selain itu, Prof Rhenald Kasali juga menyoroti perubahan dalam kehidupan sosial manusia. Di Jepang, contohnya, karena lahan yang semakin sempit dan jumlah penduduk yang terus naik, orang-orang sudah tidak bisa memelihara hewan peliharaan seperti kucing atau anjing. Maka dari itu, mereka menciptakan pets buatan bernama 'tamagotchi' yang dapat menggantikan peran hewan peliharaan.

Tidak hanya itu, dunia buatan juga telah menciptakan inovasi yang kontroversial seperti boneka seks yang dilengkapi dengan teknologi AI untuk bisa berbicara dan berinteraksi dengan manusia. Prof Rhenald Kasali menunjukkan bahwa beberapa pria di Jepang bahkan sudah menikahi boneka-boneka tersebut.

Dalam paparannya, Prof Rhenald Kasali mengingatkan akan tantangan dan dampak yang dihadapi manusia dalam dunia serba buatan ini. Di satu sisi, inovasi dan teknologi membawa perubahan positif dan membantu memenuhi kebutuhan hidup. Namun, di sisi lain, inovasi juga harus diimbangi dengan pertimbangan etika dan dampak sosial yang mungkin timbul.

Dengan demikian, dunia serba buatan ini menuntut manusia untuk terus beradaptasi dan bertanggung jawab dalam penggunaan inovasi guna menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan harmonis.  🌱🌏 #DuniaBuatan #Inovasi #PGRIJateng

Posting Komentar

0 Komentar