Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tradisi dan Kesenian di Wonogiri pada Bulan Suci Ramadhan

WONOGIRI - Rabu (5/4), Bincang Ramadhan Bareng PGRI Jawa Tengah menghadirkan Drs. Mulyatno, M.Pd Ketua PGRI Kabupaten Wonogiri sebagai narasumber. Mulyatno mengawali dengan menjelaskan bahwa Wonogiri adalah sebuah kabupaten yang luas di Jawa Tengah, memiliki banyak tradisi dan kesenian yang kental, terutama menjelang bulan suci Ramadan. Wonogiri terkenal sebagai daerah pejuang, dan ini terbukti dengan letak dasar pemerintahan Kabupaten Wonogiri di masa Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said. Tradisi di Wonogiri sebelum, selama, dan setelah bulan suci Ramadan sangat kaya dan beragam.

"Wonogiri terkenal sebagai daerah pejuang, dan ini terbukti dengan letak dasar pemerintahan Kabupaten Wonogiri di Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said. Tradisi di Wonogiri sebelum, selama, dan setelah bulan suci Ramadan sangat kaya dan beragam." terang Mulyatno.

Salah satu tradisi yang dilakukan sebelum bulan suci Ramadan adalah ziarah, di mana setiap keluarga melakukan ziarah secara mandiri ke makam leluhur mereka. Ziarah ini memberikan pengajaran bahwa bulan suci Ramadan adalah bulan roh, yang mengingatkan kita bahwa hidup kita tergantung pada Sang Khalik dan bahwa hidup ini memiliki batas. Kemudian ada padusan, di mana bedug dipukul untuk menandakan dimulainya bulan suci Ramadan. Pada waktu itu, masih banyak masjid yang memukul bedug bersama-sama di sore hari setelah adzan dzuhur sampai asar.

"Sebelum Ramadhan, ada ziarah tapi tidak seperti di kecamatan lain seperti di Klaten Boyolali tapi di Wonogiri biasa saja ziarah ini bukan dikondisikan bersama-sama tidak tapi masing-masing keluarga. Kemudian kalau memukul bedug itu sebagai penanda ini kalau dulu masih banyak Mushola masjid-masjid yang setiap mushola masjid pasti ada gedung sesuai dengan besar kecilnya Masjid itu sudah mulai semuanya memukul bedug bersama-sama di sore hari setelah adzan dzuhur sampai azhar menandakan bahwa karena apa belum ada sarana-sarana informasi kalau dulu ya Oh ini sudah mendengar bagi anak-anak jadi yang luar biasa bersama-sama antara bapak-bapak dan anak di Jawa di masjid memberikan penanda bahwa sesok Poso sesok Poso sampai saat ini memang itu berangsur-angsur berkurang karena kelengkapan mushola-musala baru sekarang tidak dilengkapi dengan dulu hanya beberapa masjid-masjid besar yang masih tetap ada penanda itu. Kemudian ada satu lagi yaitu kenduri. Kenduri yang ada di tempat lain itu dikumpulkan di makam dan sebagainya, tapi kalau di Wonogiri datang ke rumah-rumah." terang Mulyatno

Selama bulan suci Ramadan, kenduri menjadi tradisi yang umum dilakukan di Wonogiri. Kenduri biasanya diadakan di rumah-rumah, di mana orang berkumpul untuk makan bersama dan membaca doa bersama. Kenduri ini memperkuat hubungan sosial dan keakraban antara warga Wonogiri.

Setelah bulan suci Ramadan, tradisi ziarah kembali dilakukan. Kali ini, ziarah dilakukan ke makam para sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdapat di beberapa tempat di Wonogiri. Selain itu, ada juga tradisi berbuka puasa bersama di masjid, di mana orang berkumpul untuk berbuka puasa bersama-sama dan membaca doa bersama.

Dalam menjaga tradisi dan kesenian di Wonogiri, kita perlu mengambil hikmah dari setiap tradisi yang ada. Tradisi tersebut bukan hanya sekedar ritual, tetapi juga mengandung makna yang mendalam. Dengan mempertahankan tradisi dan kesenian tersebut, kita dapat menjaga keberagaman budaya di Indonesia dan memperkaya budaya kita sendiri. 

Dr. Saptono Nugrohadi, M.Pd., M.Si., selaku ketua panitia bincang Ramadhan bareng PGRI Jawa Tengah menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk memeriahkan bulan Ramadhan melalui talkshow yang berisi kegiatan berbagi, tradisi agama seperti khotmil Quran, Tarawih, Qiyamul Lail, dan Istighosah, serta memperkenalkan kuliner khas bulan Ramadhan dan tempat wisata di Jawa Tengah.@Sapt

#Wonogiri #TradisiRamadan #KesenianRamadan #KebudayaanIndonesia

Posting Komentar

0 Komentar