Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Puncak HUT PGRI, Ganjar Ingin Bisa Angkat Guru Honorer Berprestasi Jadi Setara PNS

SEMARANG - Beberapa tahun silam, guru honorer meminta diangkat untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS), namun pemerintah tidak menyetujui. Kali ini, untuk memfasilitasi guru honorer yang telah lama mengabdi, pemerintah pun mengadakan rekrutmen Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK). Para guru pun berlapang dada untuk mengikuti setiap tahapan dan proses rekrutmen dengan skema PPPK, termasuk menjalani serangkaian tes. Pemerintah pun bertekad membuka 1 juta formasi untuk guru honorer. Walakin, jumlah formasi yang diusulkan pemerintah daerah masih jauh dari angka kebutuhan guru. Ketua Pengurus Provinsi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah, Muhdi meminta agar kepala daerah, gubernur dan bupati/ wali kota untuk mengusulkan formasi sesuai kebutuhan kepada pemerintah pusat. "Formasi yang diusulkan pemerintah daerah tidak sesuai fakta di lapangan. Faktanya, kabupaten dan kota masih banyak jauh dari kecukupan kebutuhan guru," kata Muhdi saat acara Puncak Peringatan HUT ke-76 PGRI dan Hari Guru Nasional 2021 di Balairung Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Rabu (8/11/2021). Muhdi meminta agar kepala daerah di Jateng mengusulkan formasi lebih banyak. Paling tidak, sesuai jumlah kebutuhan guru di daerahnya pada rekrutmen PPPK 2022. "Mudah-mudahan tahun depan formasi lebih besar. Sehingga guru honorer dan tenaga kependidikan dapat terserap," tandasnya. Di sisi lain, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo yang hadir dalam acara tersebut menuturkan bahwa pihaknya telah berbicara dengan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) terkait formasi untuk guru honorer di Jateng yang masih kurang. "Saat di Jawa Timur saya bertemu Ketua KASN dan ngobrol, kok formasi tidak dikasih banyak. Kenapa tidak dapat prioritas," ujar Ganjar. Gubernur mengatakan seandainya permasalahan kurangnya kesediaan formasi karena tidak adanya anggaran. Sumber anggaran dari potensi lokal bisa diberdayakan. "Kalau tidak ada anggaran (di pemerintah pusat), bisa pakai potensi lokal," ujarnya. Ganjar juga sangat menyayangkan ketika bertemu guru honorer berprestasi, namun tidak memiliki kejelasan status dan jaminan kesejahteraan. "Saya menjumpai guru yang sangat kreatif dan inovatif. Mengajarkan matematika dengan metode yang ceria. Saya ingin mengangkatnya, tapi kan tidak mungkin. Semua sudah diatur," katanya. Ia menegaskan, seharusnya ada reward atau penghargaan untuk guru honorer yang berprestasi. Mereka bisa melaksanakan pembelajaran dengan kreatif dan inovatif supaya adaptif, menyesuaikan kondisi pandemi. (*)  

Sumber : TRIBUNJATENG.COM 



Posting Komentar

0 Komentar