Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menggugat Ketimpangan Kesejahteraan Guru: Mimpi yang Masih Jauh

"Bagaimana generasi muda akan tergerak menjadi guru, jika mereka tahu 40% guru di negeri ini hidup dengan status honorer dan gaji yang jauh dari layak?" 

Pertanyaan itu dilontarkan Prof. Unifah Rosidi, M.Pd., Ketua Umum PB PGRI, ketika menyoroti ketimpangan kesejahteraan guru di Indonesia. Sebuah fakta yang menggugah, sekaligus memprihatinkan.

Di tengah upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan, ironi kesejahteraan guru masih menjadi momok besar. Dari data yang disampaikan Prof. Unifah, 40% dari total guru di Indonesia masih berstatus honorer. Dengan gaji yang seringkali jauh di bawah upah minimum regional, mereka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan, ada di antara mereka yang menerima gaji di bawah Rp1 juta per bulan. Lalu, bagaimana kita bisa berharap generasi muda tertarik menjadikan profesi guru sebagai pilihan karier?

Kesejahteraan yang Terabaikan

Profesi guru adalah fondasi pendidikan nasional. Namun, jika fondasi ini dibiarkan rapuh, bagaimana mungkin kita bisa membangun sistem pendidikan yang kokoh? Kebijakan yang kurang berpihak pada kesejahteraan guru honorer menciptakan lingkaran masalah yang sulit terputus. Dengan kondisi ekonomi yang terbatas, guru honorer seringkali terpaksa mengabaikan pengembangan kompetensi profesional mereka, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan yang mereka berikan.

Ketimpangan kesejahteraan ini tidak hanya memengaruhi kehidupan guru secara langsung, tetapi juga menciptakan persepsi negatif terhadap profesi guru di kalangan generasi muda. Saat profesi guru dianggap tidak menjanjikan dari sisi finansial, semakin sedikit anak muda yang mau menekuni bidang ini. Padahal, regenerasi guru adalah kunci untuk menjaga keberlanjutan dan relevansi pendidikan.

Mengapa Kesejahteraan Guru Penting?

Kesejahteraan guru sejatinya bukan hanya soal gaji. Ini adalah soal pengakuan terhadap peran mereka yang vital dalam membangun bangsa. Guru yang sejahtera akan lebih fokus pada tugas mereka sebagai pendidik, tanpa harus terpecah konsentrasinya oleh masalah keuangan. Studi menunjukkan bahwa kesejahteraan guru berbanding lurus dengan motivasi dan kinerja mereka di ruang kelas.

Prof. Unifah menegaskan, “Jika kesejahteraan guru tidak segera diperhatikan, kita sedang mempertaruhkan masa depan pendidikan Indonesia. Kita butuh kebijakan yang tidak hanya bersifat populis, tetapi benar-benar berorientasi pada solusi jangka panjang.”

Harapan untuk Perubahan

Salah satu solusi yang bisa diambil adalah mempercepat pengangkatan guru honorer menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Selain itu, perlu ada peningkatan alokasi anggaran pendidikan yang benar-benar diarahkan untuk mendukung kesejahteraan guru. Pemerintah juga harus menjamin bahwa gaji guru, termasuk honorer, memenuhi standar hidup layak.

Namun, perubahan ini tidak bisa hanya datang dari pemerintah. Kita sebagai masyarakat juga memiliki peran. Dengan mendukung gerakan-gerakan yang memperjuangkan kesejahteraan guru, kita ikut ambil bagian dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik.

Saatnya Bertindak

Ketimpangan kesejahteraan guru adalah masalah yang sudah terlalu lama dibiarkan. Ini adalah saatnya untuk bertindak. Jangan biarkan guru kita, pilar pendidikan bangsa, terus berada dalam bayang-bayang ketidakpastian ekonomi. Mari bersama-sama berjuang untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih cerah dan lebih adil.

Sebagaimana disampaikan Prof. Unifah, "Masa depan pendidikan Indonesia bergantung pada bagaimana kita memperlakukan guru hari ini. Jika kita ingin pendidikan yang berkualitas, maka kesejahteraan guru harus menjadi prioritas utama."

Posting Komentar

0 Komentar